
‘Ding dong ..’
Huh?
Siapa itu? Seseorang menekan bel rumahku. Benar-benar mengganggu. Dia pikir jam
berapa ini? Aku pun membuka pintu untuk
melihat siapa yang menekan bel. Namun ternyata hanya ada hembusan angin
dingin yang menerpa wajahku. Huft.. ternyata hanya orang iseng. Menyebalkan.
Apakah dia sengaja ingin mengganggu pekerjaanku? Huh lelahnya. Aku akan tidur
saja. Persetan dengan dosen bawel itu. Aku lelah.
Aku
segera masuk dan pergi ke tempat dimana komputerku berada. Sambil menghela napas
lelah untuk yang kesekian kalinya, aku menyimpan pekerjaanku yang sudah ditolak
berkali-kali oleh dosen menyebalkan itu ke dalam file yang berisi puluhan tugas
gagal. Setelah mematikan komputerku, aku pergi tidur.
Ah
ternyata pilihanku untuk tidur benar-benar sangat tepat. Nyaman sekali rasanya
berbaring di surga yang empuk sambil memeluk teman tidurku yang tak kalah empuk
dengan ranjangku. Saking lelahnya aku langsung memejamkan mataku dan pergi ke
alam mimpi.
‘Ding
dong.. ding dong..’
Astaga
suara bel lagi. Apakah orang ini benar-benar bodoh sampai melakukan hal bodoh
malam-malam begini?
‘Ding
dong..’
Ah
biarkan sajalah.
‘Ding
dong..’
Nanti
juga akan bos-
“Aku
tahu kamu dapat mendengarku.”
‘Ding
dong..’
“Buka
pintunya.”
Huh?
Suara gadis? Terdengar datar dan tidak wajar. Siapa dia? Aku pun keluar dari
kamarku dan pergi melihat siapa yang mencoba-coba untuk menggangguku melalui
jendela.
“Aku
hanya ingin bermain sedikit.”
Bermain?
Malam-malam begini? Apakah dia sakit? Apa yang dia pikirkan?
‘Ding
dong..’
“Kamu
tidak dapat membuatku menunggu. Buka pintunya.”
Hah? Apa
maksudnya? Dia benar-benar seorang gadis yang cantik dengan mata yang merah.
Tapi apakah dia benar-benar seorang gadis? Maksudku.. gadis mana yang keluar
malam-malam dan menyuruh seorang pria yang bahkan belum dia kenal membukakan
pintu untuknya? Apakah dia normal?
‘Ding
dong..’
“Sudah
terlambat bagimu untuk lari. Aku dapat melihatmu melalui jendela. Lihat? Mata
kita kini saling terkunci.”
Eh.. dia
melihatku.
“Aku
dapat merasakan ketakutanmu. Aku pikir aku ingin melihatmu lebih dekat!”
Wah!
A-apa yang dia angkat itu? Sebilah pisau?! Dia menyeringai. Sungguh senyuman
yang sangat tidak wajar. Ya, dia benar-benar tidak normal. Oh tidak. Aku lupa
mengunci pintu rumahku dan sekarang dia telah membuka pintu rumahku. Dia
menatapku. Ah sial. Apa yang dia inginkan? Aku harus lari sekarang!
“Ding
dong .. aku sudah di dalam rumahmu sekarang. Cepat dan lari. Mari bermain
sebuah permainan kecil dan bersenang-senang!”
Dia
gila. Permainan apa yang dimainkan dengan pisau? Daripada menyebutnya bermain,
dia lebih terlihat seperti ingin membunuhku.
“Ding
dong.. kamu pergi kemana? Apakah kamu berpikir bahwa kamu menang? AHAHAHAH
PERMAINAN BARU SAJA DIMULAI!”
“Argh
hentikan!”
Aku
harap dia mendengarkanku.
“Hentikan
atau aku akan melaporkanmu ke polisi!”
“Ah
ayolah jangan begitu. Ayo nikmati permainan ini. Aku dapat mendengar langkah
kakimu, lho. Bergema dengan keras melalui lorong. Menurutku kau cukup beruntung
karena memiliki rumah yang cukup besar untuk bersembunyi. HAHAHAHAHA!”
Huh
melelahkan sekali. Dia benar-benar mengejarku. Aku bersembunyi ke dapur dan
masuk ke kolong meja. Kuharap dia tidak mencariku sampai ke dapur.
“Hum..
selelah itu? Santai saja. Aku sampai bisa mendengar napas yang keras itu. Berat
sekali ya? Tunggu saja. Kamu tidak dapat bersembunyi dariku, dear.”
Huh?
“Tak
usah takut. Aku hanya menginginkan jiwamu. Itulah yang kau bayar jika kau
kalah. Sederhana bukan? AHAHAHAH.”
Tidak
tidak tidak! Aku yakin dia gila dan cukup gila untuk membunuhku.
“Apakah
kamu disini, dear?”
Ow tidak
tidak.. jangan bilang..
“FOUND
YOU!”
Wah! Apa
yang dia lakukan?! Dia memegangiku dengan kuat. Apakah dia benar-benar
perempuan?
“Kamu
memiliki mata yang bagus, ya kan?”
“Apa
yang kamu inginkan?”
“Mata
ini..”
/stab/
“Argh!
Sialan kau! Mataku.. ah!”
Aku
segera mendorong perempuan gila itu dan berlari ke kamar. Aku tak ingin keluar
lagi. Aku akan mengunci pintu kamar ini dan bersembunyi di toilet sampai pagi
tiba.
“Kau
tidak pandai bersembunyi, dear. Darah yang menetes dari mata indahmu itu
membuat jejak dan.. aku sampai di depan pintu kamarmu!”
“Terserah
kau saja, iblis!”
“Knock..
knock.. aku sudah di depan pintu kamarmu. Aku tidak memerlukan persetujuanmu
agar aku bisa masuk. Jadi, aku masuk ya.”
Aku
tidak peduli lagi.
“Knock..
knock.. aku sudah di dalam kamarmu sekarang. Kamu sembunyi dimana? Permainan
petak umpet kita tentang kematian lho.”
Huh..
padahal sudah kukunci..
“Aku
mendekat. Kulihat kebawah tempat tidurmu tapi ternyata kamu tidak disini. Hmm
aku ragu.”
Tidak..
“Mungkinkan
kamu berada di dalam toilet?”
Jangan!
“Ding
dong.. I have found you!”
Argh!
Huh? Apakah aku tertidur? Sepertinya aku
benar-benar kelelahan. Yah.. seperti bermimpi saja. Ada seorang perempuan ingin
membunuhku? Tidak mungkin, kan? Dan .. ah! Benar juga. Perempuan ini sudah
tidak dapat bermain lagi. Aku jadi tidak memiliki teman untuk bermain petak umpet.
Aku harus pergi mencari orang untuk menemaniku bermain. Um.. apakah kamu
bersedia?
-end-
Ada yang kenal sama gambarnya? Ya itu Mayu dari Vocaloid. Dan cerita kali ini juga memang terinspirasi dari lagu itu XD
No comments:
Post a Comment