
Hari ini adalah ulang tahun
ibuku. Hari ini adalah hari kebahagiaan baginya dan bagiku. Aku berjanji pada
diriku sendiri untuk tidak membuatnya kesal maupun sedih hari ini. Aku tak
tidur menunggu jam 00.00 tiba. Dan sekarang sudah tiba. Tanggal di pc-ku
berubah menjadi 11 April. Yey, ibuku ulang tahun!
Aku berlari menyusuri lorong
di rumahku, masuk ke dalam kamar orang tuaku dan mendapati ibuku sedang
tertidur. Huft.. sayang sekali. Maka, aku pun menunggunya terbangun. Biasanya
ia akan terbangun pada tengah malam. Beberapa menit kemudian, dia terbangun.
Aku pun langsung menyambutnya dengan senyuman yang tak dapat kutahan lagi. Aku
langsung menarik tangannya dan memeluknya. Dia membalas pelukanku. Hangat.
Nyaman rasanya. Aku mencium punggung tangannya dan mengucapkan selamat ulang
tahun sambil terus tersenyum. Dia pun membalas senyumanku dan mengucapkan
terima kasih. Aku berjanji padanya untuk tidak nakal hari ini. Dia berharap aku
tak nakal untuk hari ini dan seterusnya.
Pagi harinya aku berangkat
sekolah. Aku tak membuatnya sedih. Aku tersenyum sepanjang hari sampai pulang
sekolah. Rumahku padam listrik. Dia sedang menelpon seseorang. Hmm, aku tak
terlalu peduli soal itu dan langsung mencium tangannya. Beberapa jam kemudian,
listrik di rumahku menyala. Dia pun buru-buru menyalakan air dan mencuci. Aku
mendekatinya dan menawarkan bantuan untuk membantunya. Dia menyuruhku untuk
mencuci piring. Namun kemudian, dia mengatakan suatu hal yang benar benar tak
ingin kudengar hari ini.
"Hari ini, ibu
benar-benar sedih."
Sakit. Perih rasanya hatiku
setelah mendengar kalimat itu. Mengapa, bu? Mengapa ibu bersedih? Bukankah aku
menjadi anak yang baik hari ini? Lalu, mengapa ibu bersedih? Aku pun mencari
tahu alasannya setelah melakukan pekerjaanku. Ku cek hp-nya. Disana terdapat
beberapa sms yang ternyata berasal dari saudaranya. Aku pun membacanya dan
disana tertulis kabar buruk yang membuat ibuku sedih. Aku pun langsung
menghapus sms itu dan menyuruh "temanku" untuk mencari dan
menghilangkan orang itu. Aku tersenyum setelah itu.
Namun, meskipun hal itu sudah
kulakukan, ibuku masih tak tersenyum. Kenapa, bu? Aku pun melihat ke sekitar.
Adikku nakal sekali. Aku benar benar tak akan tahan jika menjadi ibu. Maka,
saat mereka sedang bermain air, ku tenggelamkan mereka semua dalam bak mandi.
Suasana menjadi lebih hening. Sunyi. Tanpa tawa anak-anak lagi. Kini hatiku
sudah menjadi lebih tenang karena hal yang membuat ibuku sedih sudah tiada.
Tapi.. meskipun itu sudah
kulakukan juga, ibuku masih bersedih. Raut wajahnya masih tertekuk, sedih
sekali. Hal itu sangat menyiksaku. Aku pun memberanikan diri untuk bertanya
padanya.
"Ibu, tadi ibu bilang
ibu sedih hari ini padahal hari ini ulang tahunmu. Ada apa, bu?" tanyaku
lembut.
Ibuku tak langsung menjawab,
dia menutup wajahnya, kemudian berkata, "Ayahmu.. dia lupa hari ulang
tahun ibu.."
Ibu menangis.
Sakit sekali rasanya melihat
ibu menangis. Aku benar-benar marah melihat ibuku menangis apalagi di hari
ulang tahunnya. Maka, kuambil pisau dari dapur kemudian pergi menuju garasi
tempat ayahku sedang memperbaiki motornya. Aku pun langsung menusuknya dari belakang,
kutusuk dia berkali-kali hingga aku yakin bahwa orang yang membuat ibuku
bersedih itu sudah tiada.
Aku pun kembali, masih dengan
pisau di tanganku, masih dengan baju yang berlumuran darah ayahku, aku
mendatangi ibuku yang sedang menjemur pakaian dan berbicara dengan nada gembira
dihiasi oleh senyuman di wajahku, "Ibu! Ayah telah tiada. Beritahu aku
apalagi yang membuatmu sedih? Aku akan menghilangkannya demi ibu!"
Ibuku terkejut dan kemudian
terjatuh karena lemas, dia menatapku, aku heran.. mengapa reaksinya begitu?
Bukankah seharusnya dia tersenyum dan memelukku sambil berkata, "Anak
pintar! Ibu bangga padamu!" ?
Dia pun berdiri kemudian
menghujaniku dengan beribu kutukan. Kenapa bu? Kenapa ibu malah tega berkata
seperti itu kepadaku? Aku telah menghapus kesedihan dari hidupmu, tapi mengapa
ibu malah mengutukku? Kurangkah hadiahku hari ini? Kemudian, kudengar ibu
berkata, "Lebih baik ibu mati saja! Kau.. dasar iblis!"
.. ohh. Maafkan aku, ibu. Aku
tidak peka. Seharusnya aku membunuhmu dari awal. Namun, aku tak tahu apa yang
ibu mau hari ini. Aku pun berdiri, menghampiri ibuku. Ibuku pun langsung
menyuruhku pergi dan melempariku dengan segala macam benda yang ada di
sekitarnya, namun aku tak memperdulikannya. Aku akan memberikan ibuku hadiah terindah
dalam hidupnya. Aku langsung menusuk ibuku tepat di tenggorokannya. Dia
terkejut dan tak melawan sama sekali. Kain putih yang dijemur ibu berubah
menjadi warna merah. Kulihat ibuku tersedak oleh darahnya sendiri dan kemudian
berhenti bergerak. Ibu sudah tiada. Dia telah mendapatkan hadiahnya. Aku pun
langsung mendekatinya dan duduk di sebelahnya. Aku memeluk ibuku, namun ibu tak
membalas pelukanku seperti pagi hari itu.
Selamat ulang tahun, bu!
Sekarang ibu telah bahagia untuk selamanya.
-end-
---------------------------------------------------------------------------------
Hai, aku kembali~!
Ini cerita spesial hari ulang
tahun ibuku lho! Sebagian kisah nyata, sebagian imajinasi. Jadi terserah
bagaimana kalian melihatnya saja sih. Kuharap kalian menyukainya~! xD
Hehe iya gokil, ketika aku baca kamu bunuh ayah kamu itu udah diluar nalar wkwkwk🤣 itu mungkin dari imajinasi kamu, keren ceritanya 👍👍👍 (By Ryo 29)
ReplyDelete