“Klik klik.. klik.. klik klik..”
Aduh, suara itu lagi. Anakku benar-benar
tidak mau menurut. Sudah kusuruh ia untuk mematikan komputernya, tapi ternyata
dia masih sibuk dengan gamenya. Aku pun keluar dari kamarku dan berjalan menuju
kamar anakku yang jaraknya tidak begitu jauh dari kamarku. Kubuka pintunya
pelan dan kupakai topeng yang biasa kupakai untuk menakut-nakutinya. Berjalan
perlahan sampai ke tempat bermainnya itu kemudian mengaum seperti monster.
“Raawwwwwrrrrrr!!!!”
“Waaaah!“
Anakku terjatuh dari tempat duduknya karena
terkejut. Hahaha, aku dibuat tertawa olehnya. Kubuka topengku untuk
memperlihatkan wajahku kepadanya agar dia tidak terlalu takut lagi. Dia
memukulku. Ada kesenangan sendiri saat melihat wajah anakku pucat karena
ketakutan tadi.
“Aah ayah, mengapa kau selalu
menakut-nakutiku seperti itu sih? Menyebalkan sekali!“ ucapnya dengan raut
wajah yang kesal, mungkin aku telah mengganggu permainannya. Lalu aku menunjuk
ke arah jam dinding berwarna pink bergambar hello kitty di kamarnya itu.
“Lihat? Jam berapa sekarang? Mengapa kau
belum tidur?“ ucapku sambil mencubit kedua pipinya itu.
“Ayah, sakit! Baiklah. Lalu apa yang akan
ayah lakukan agar aku tidur? Memberiku cerita-cerita payah ayah yang lainnya?
Ayolah ayah aku sudah tahu rencanamu itu dan aku tidak akan takut. Kau tahu?
Aku sudah 14 tahun. “ gerutunya. Yah mau bagaimana lagi, aku memang selalu
bercerita tentang penyihir, penculik, monster, dan lain lain untuk
menakut-nakutinya supaya dia mau menurut kepadaku. Tapi, dia benar. Dia sudah
14 tahun dan dia sudah cukup besar untuk berpikir bahwa monster itu tidak ada.
Aku mematikan komputernya lalu menuntunnya ke
tempat tidur, kemudian kuambil kursi kecil yang biasa kupakai untuk menemaninya
tidur dan duduk di samping tempat tidurnya.
“Baiklah. Ayah pastikan cerita kali ini tidak
akan membuatmu bosan. “ ucapku meyakinkannya.
“Kau mematikan komputernya.. aah kau tahu
ayah? Aku sedang asik bercerita dengan temanku di game online! Dan juga beberapa
misiku belum selesai. Huh.. kau benar-benar mengacaukan kehidupanku disana.“ ucapnya
sambil menghela napas. Dapat kulihat dari ekspresi di wajahnya bahwa anakku
benar-benar kesal. Tapi kupastikan rasa kesalnya akan berganti rasa takut
setelah mendengar ceritaku.
“Baiklah, dengarkan cerita ayah. “
Anakku menatap
wajahku sambil memeluk boneka kesayangannya.
“Beberapa tahun yang lalu, di sebuah game
online terdapat player bernama Aileen. Dia sangat menyukai game terlebih game
online. Dia selalu menyelesaikan misinya setiap hari dan dia memiliki level
tertinggi di dalam game itu. Kemudian, dia mempunyai teman. Temannya memiliki
nickname Dragon04 dan dia mulai dekat dengannya. Dia selalu bermain bersama dan
mengobrol bersama. Hubungan mereka pun berganti menjadi persahabatan.”
“Karena mereka selalu bermain bersama dan
semakin dekat, Aileen memiliki perasaan yang lebih terhadap Dragon04. Namun,
Aileen memendam perasaannya. Beberapa hari kemudian, Dragon04 menyatakan
perasaannya kepada Aileen, mereka berdua memiliki perasaan yang sama. Aileen
sangat senang, Dragon04 bilang bahwa dia ingin memberi Aileen hadiah melalui
paket ketika Aileen ulang tahun. Maka, Aileen pun memberitahu alamat rumahnya
tanpa mengingat pesan orang tuanya untuk tidak memberitahu alamatnya kepada
siapa pun.“
Anakku terlihat senang sekali akan hubungan
itu, lalu raut wajahnya berubah menjadi bingung.
“Ayah, kau bilang kau akan bercerita soal
cerita yang seram!“
“Baiklah, tunggu dulu. Ayah belum selesai
bercerita. Beberapa hari kemudian Aileen merasa dirinya salah, dia tak
seharusnya memberitahukan alamatnya itu kepada Dragon04. Dia kini bingung. Ingin
memberitahu orang tuanya tapi ia takut dimarahi. Maka, ia merahasiakan hal ini
kepada orang tuanya. Dragon04 kini tak pernah online lagi. Aileen semakin
takut. Maka, dia memutuskan untuk melupakannya dan berhenti bermain game online.
Dia lebih memilih bermain game offline. Beberapa hari kemudian, hari ulang
tahunnya pun tiba. “
Kini, kulihat raut wajah anakku sedikit
berubah karena alur ceritaku juga berubah. Berkali-kali dia menarik selimutnya
ke atas dan menelan ludahnya. Kulanjutkan lagi ceritaku.
“Pagi itu Aileen terbangun dari tidurnya
dengan suasana yang sangat sepi, serasa tak ada orang di rumah. Dia pikir, ibu
dan ayahnya telah pergi ke luar rumah. Dia pun menunggu orang tuanya sambil
menjaga adik kecilnya. Sesekali dia pergi ke ruang tamu untuk menonton tv
sambil makan cemilan. “
“2 jam, 3 jam, 5 jam, orang tuanya
belum pulang juga. Aileen pun tertidur di ruang tamu dalam keadaan tv menyala.
“
“Kemana orang tua mereka, ayah? “ tanya
anakku memegang lenganku erat.
“Hm, biarkan ayah melanjutkan ceritanya, nak.
“
Anakku mengangguk tanda setuju.
“Aileen pun terbangun dan jam sudah
menunjukkan pukul 6 sore. Dia bergegas memeriksa semua tempat di rumahnya. Namun,
dia tidak menemukan orang tuanya. Kemana perginya mereka, ya? Lalu, tak lama
kemudian Aileen mendengar bel rumahnya berbunyi. Wajahnya menjadi ceria, dia berpikir
bahwa ibu dan ayahlah yang menekan bel itu. “
“Aileen pun membuka pintunya dan dia
mendapati 2 kotak kado dengan pita di atasnya. Tertulis di sebuah kertas kecil
‘ From : Dragon04 ‘. Kemudian, dengan ragu Aileen membawa kotak – kotak itu ke
atas meja tamu lalu membuka pitanya. “
“Aileen pun membuka tutup kotak tersebut dan
mendapati kepala ibunya berada di dalamnya. Aileen menjerit. Dia tak kuasa
menahan air matanya. Mata ibunya melotot, mulutnya terbuka dengan lidahnya yang
tidak berada di tempatnya lagi. Banyak sayatan kecil di pipi ibunya. Aileen
terus menangis karena menyesal telah membuka kado pertamanya itu.“
“Kemudian, Aileen pun memberanikan diri
membuka kotak kedua. “
“Apakah kepala
ayah Aileen berada di kotak kedua, ayah? “ tanya anakku gemetar.
“Bagaimana menurutmu serunya? “ anakku
menggeleng tanda tidak tahu.
“Baiklah, aku lanjutkan ya.. “
“Aileen mendapat pesan singkat dari Dragon04.”
‘Bagaimana dengan hadiah pertamaku? Indah
bukan? Bukankah kau mencarinya kemana-mana sedari tadi? Jika kau ingin bertanya
lebih banyak lagi tentangnya dan tentang ayahmu ya silahkan saja. Kau dapat
menghubungi nomor di bawah. Aku mengetahui tentang keberadaan ayahmu, Aileen
manis.’
“Tanpa basa-basi, Aileen pun segera mengambil
ponselnya lalu memberi pesan ke nomor tersebut. “
Aileen : Dimana ayahku?
Dragon04 : Ow, ayolah jangan emosi begitu.
Aileen : Cepat beritahu aku!
Dragon04 : Kau sangat cantik, Aileen.
Aileen : Jangan bercanda!
Dragon04 : Kau memiliki wajah yang manis.
Aileen : Aku tidak peduli. Cepat katakan dimana dia!
Dragon04 : Aku mengetahui banyak tentangmu.
“Aileen terdiam. Apa maksudnya mengetahui
banyak? Aileen pun menanyakannya kepada Dragon04. “
Aileen : Apa yang kau maksudkan?
Dragon04 : Kau tidak mengetahui apa pun tentangku kan?
Aileen : Ya, aku tidak mengetahui tentangmu. Dan kau juga
tidak mengetahui apa pun tentangku bukan. Aku tidak pernah memberitahumu
tentang identitasku kecuali alamat rumahku.
Dragon04 : Kau sangat cantik, dengan rambut pirang
sepundak, mata yang sebiru lautan namun sembab karena menangis sedari tadi. Kau
tahu? Kau terlihat seperti gadis kecil yang tidak dibelikan lolipop. Hahaha.
“Aileen membeku di sofanya. Dia bingung
bagaimana Dragon04 tahu semua tentangnya. Dragon04 pun memberinya pesan lagi. “
Dragon04: Hei? Kau membaca pesanku? Jangan mengabaikanku.
Kau memiliki tubuh yang indah.
Aileen : Apa maksudmu?
Dragon04 : Aku hanya ingin merusak itu, boleh kan?
“Aileen tidak menjawab pesan Dragon04. Namun,
Dragon04 terus mengiriminya pesan.“
Dragon04 : Hello? Nona kecil?
Dragon04 : Hei, jangan abaikan aku.
Dragon04 : Tidakkah kau tahu bahwa aku selalu
memerhatikanmu?
Dragon04 : Aku tahu dimana kau berada dan apa yang sedang
kau lakukan!
Aileen : Beritahu aku.
Dragon04 : Kau sedang berada di sofamu sambil memegang
ponselmu, bukan?
“Aileen lega. Siapa pun dapat menebak
hal mudah seperti itu.“
Dragon04 : Kau sedang memakai kaus merah muda dengan
celana jeans panjang, ditemani beberapa cemilan dan salah satunya adalah pocky.
Kau memeluk bantal sofamu dan sekarang kau sedang meneguk teh yang kau buat
beberapa menit yang lalu.
“Aileen terkejut. Bagaimana dia tahu sedetail
itu? Aileen memutuskan untuk mengabaikan orang itu lagi. Dia memeluk erat
bantal sofanya sambil menggenggam ponselnya. Dia ketakutan. Namun, Dragon04
terus memberinya pesan hingga dia membalasnya lagi.
Dragon04 : Halooo?
Dragon04 : Kau mengabaikanku lagi, gadis kecil.
Dragon04 : Aku tahu kau sudah tidak ingin aku mengirimimu
pesan lagi.
Dragon04 : Ow ayolah, balas pesanku.
Dragon04 : Tanyakan keberadaanku!
Dragon04 : Ayo tanya, tanyakan keberadaanku dan aku akan
berhenti mengirimu pesan setelah menjawabnya.
Dragon04 : Tanya, tanya, ayo tanya!
Aileen : Owh baiklah. Dimana sekarang kau berada?
Dragon04 : Hahaha.. aku? Tengoklah di belakang sofamu.
Anakku terlihat terkejut bercampur takut. Dia
memeluk erat boneka kesayangannya. Aku melanjutkan ceritaku.
“Aileen pun menengok ke belakang dan
mendapati seorang pria dewasa dengan badan besar menatap ke arahnya.”
“’Yah, kau menemukanku.’ ucap pria itu.
Aileen pun menjerit. Namun, pria itu dengan cepat menutup mulut Aileen agar
tidak berisik.”
“‘Sssh.. bisakah kau tidak terlalu berisik?
Aku hanya ingin bermain game bersamamu. Kita sudah sering melakukan hal itu,
bukan? Dan bukankah kau mencintaiku? Jadi, diamlah’ ucap pria itu sambil
mengambil jarum dan benang dari tas yang ia bawa. Kemudian, pria itu menjahit
bibir Aileen. Aileen tidak dapat menjerit lagi. Pria itu melanjutkan permainannya. Pria itu
menyayat pipi Aileen dan menaburinya dengan garam. Aileen memejamkan matanya
karena kesakitan. Ia menangis. Tak lama kemudian adik kecil Aileen terbangun
dan menangis dengan keras. Jadi, pria itu meninggalkan Aileen sendirian dan
pergi ke tempat asal suara tangis bayi itu.“
Anakku melotot. Dengan ekspresi terkejutnya
dia bertanya, “Apakah adik Aileen dibunuh juga, Ayah? “
“Hm, dengarkanlah dulu. Pembunuh itu sangat
senang dapat menemukan bayi di rumah itu. Hatinya berdebar-debar tidak karuan
karena malam ini adalah pertama kalinya pembunuh itu dapat membunuh bayi. Dia
tidak dapat menahan hal ini, dia sangat senang. Dia buka pintunya perlahan,
kemudian dia angkat bayi itu keluar dari kamarnya. “
“Ayah! Sudahlah aku tidak mau mendengar
ceritamu lagi! “
Kini, anakku terlihat sangat takut dan
mencoba menghentikanku untuk melanjutkan ceritanya. Wajahnya pucat dan keringat
dingin membasahi tubuhnya. Dia hampir menangis. Padahal inilah bagian penting
dari ceritaku yang harus ia ketahui. Aku pun melanjutkan ceritaku kembali.
“Namun saat menggendongnya, tangis bayi itu
mereda tiba-tiba saja. Pria itu tidak pernah menggendong bayi sebelumnya. Tetapi
dengan lembut, dia mengayun-ayunkannya pelan layaknya seorang ayah yang sedang
mencoba membuat bayi kecilnya tidur kembali. Dia bersihkan tangannya yang
berlumuran darah itu ke selimut bayi di dekatnya agar ia dapat mengelus pipi si
bayi kecil itu.”
“‘Halo, sobat kecil.’ Suaranya yang dingin dan
menyeramkan tadi kini berubah seperti suara malaikat yang sedang menjaga bayi
yang lucu. “
“Pembunuh itu pun keluar rumah Aileen. Membawa
bayi itu pulang, memberinya nama Calista dan menganggap serta menyayanginya
layaknya putrinya sendiri. “
“Pagi harinya, terdapat sebuah berita bahwa
seorang pria mengaku kehilangan semua anggota keluarganya dalam keadaan
mengerikan saat pulang kerja larut malam. Dia menemukan kepala istrinya di
sebuah kotak kado, mayat anaknya dalam keadaan mengenaskan dan bayinya hilang.
Mengerikan bukan?“ pertanyaanku mengakhiri ceritaku.
Tapi, anakku malah tidak menjawab
pertanyaanku. Dengan gemetar, ia menunjuk dirinya sendiri sambil berkata,
“T-ta-tapi ayah.. ayah.. namaku.. Calista..?” matanya melotot seakan akan tidak
percaya. Kemudian aku tertawa kecil dan mencubit kedua pipinya.
“Tentu saja nak! Aku sudah menganggapmu
sebagai putriku yang tercinta.“
“Aaaaaaahh“ anakku menjerit dan menangis
kemudian mendorongku keluar dengan marah. Ia menutup pintu kamarnya dan
mengunci dirinya di dalam. Dia marah padaku.
Apa yang dia pikirkan? Mengapa dia begitu
marah? Ah sudahlah, kupikir jauh di dalam lubuk hatinya dia menyukai ceritaku
mengenai identitasnya. Yah pastinya!
-end-
No comments:
Post a Comment