Welcome to my site :)

Wednesday, July 15, 2015

Let's hear my short story, my daughter




“Klik klik.. klik.. klik klik..”
Aduh, suara itu lagi. Anakku benar-benar tidak mau menurut. Sudah kusuruh ia untuk mematikan komputernya, tapi ternyata dia masih sibuk dengan gamenya. Aku pun keluar dari kamarku dan berjalan menuju kamar anakku yang jaraknya tidak begitu jauh dari kamarku. Kubuka pintunya pelan dan kupakai topeng yang biasa kupakai untuk menakut-nakutinya. Berjalan perlahan sampai ke tempat bermainnya itu kemudian mengaum seperti monster.

 “Raawwwwwrrrrrr!!!!”
 “Waaaah!“
Anakku terjatuh dari tempat duduknya karena terkejut. Hahaha, aku dibuat tertawa olehnya. Kubuka topengku untuk memperlihatkan wajahku kepadanya agar dia tidak terlalu takut lagi. Dia memukulku. Ada kesenangan sendiri saat melihat wajah anakku pucat karena ketakutan tadi.
“Aah ayah, mengapa kau selalu menakut-nakutiku seperti itu sih? Menyebalkan sekali!“ ucapnya dengan raut wajah yang kesal, mungkin aku telah mengganggu permainannya. Lalu aku menunjuk ke arah jam dinding berwarna pink bergambar hello kitty di kamarnya itu.
“Lihat? Jam berapa sekarang? Mengapa kau belum tidur?“ ucapku sambil mencubit kedua pipinya itu.
“Ayah, sakit! Baiklah. Lalu apa yang akan ayah lakukan agar aku tidur? Memberiku cerita-cerita payah ayah yang lainnya? Ayolah ayah aku sudah tahu rencanamu itu dan aku tidak akan takut. Kau tahu? Aku sudah 14 tahun. “ gerutunya. Yah mau bagaimana lagi, aku memang selalu bercerita tentang penyihir, penculik, monster, dan lain lain untuk menakut-nakutinya supaya dia mau menurut kepadaku. Tapi, dia benar. Dia sudah 14 tahun dan dia sudah cukup besar untuk berpikir bahwa monster itu tidak ada.
Aku mematikan komputernya lalu menuntunnya ke tempat tidur, kemudian kuambil kursi kecil yang biasa kupakai untuk menemaninya tidur dan duduk di samping tempat tidurnya.
“Baiklah. Ayah pastikan cerita kali ini tidak akan membuatmu bosan. “ ucapku meyakinkannya.
“Kau mematikan komputernya.. aah kau tahu ayah? Aku sedang asik bercerita dengan temanku di game online! Dan juga beberapa misiku belum selesai. Huh.. kau benar-benar mengacaukan kehidupanku disana.“ ucapnya sambil menghela napas. Dapat kulihat dari ekspresi di wajahnya bahwa anakku benar-benar kesal. Tapi kupastikan rasa kesalnya akan berganti rasa takut setelah mendengar ceritaku.
“Baiklah, dengarkan cerita ayah. “
Anakku menatap wajahku sambil memeluk boneka kesayangannya.
“Beberapa tahun yang lalu, di sebuah game online terdapat player bernama Aileen. Dia sangat menyukai game terlebih game online. Dia selalu menyelesaikan misinya setiap hari dan dia memiliki level tertinggi di dalam game itu. Kemudian, dia mempunyai teman. Temannya memiliki nickname Dragon04 dan dia mulai dekat dengannya. Dia selalu bermain bersama dan mengobrol bersama. Hubungan mereka pun berganti menjadi persahabatan.”
“Karena mereka selalu bermain bersama dan semakin dekat, Aileen memiliki perasaan yang lebih terhadap Dragon04. Namun, Aileen memendam perasaannya. Beberapa hari kemudian, Dragon04 menyatakan perasaannya kepada Aileen, mereka berdua memiliki perasaan yang sama. Aileen sangat senang, Dragon04 bilang bahwa dia ingin memberi Aileen hadiah melalui paket ketika Aileen ulang tahun. Maka, Aileen pun memberitahu alamat rumahnya tanpa mengingat pesan orang tuanya untuk tidak memberitahu alamatnya kepada siapa pun.“
Anakku terlihat senang sekali akan hubungan itu, lalu raut wajahnya berubah menjadi bingung.
“Ayah, kau bilang kau akan bercerita soal cerita yang seram!“
“Baiklah, tunggu dulu. Ayah belum selesai bercerita. Beberapa hari kemudian Aileen merasa dirinya salah, dia tak seharusnya memberitahukan alamatnya itu kepada Dragon04. Dia kini bingung. Ingin memberitahu orang tuanya tapi ia takut dimarahi. Maka, ia merahasiakan hal ini kepada orang tuanya. Dragon04 kini tak pernah online lagi. Aileen semakin takut. Maka, dia memutuskan untuk melupakannya dan berhenti bermain game online. Dia lebih memilih bermain game offline. Beberapa hari kemudian, hari ulang tahunnya pun tiba. “
Kini, kulihat raut wajah anakku sedikit berubah karena alur ceritaku juga berubah. Berkali-kali dia menarik selimutnya ke atas dan menelan ludahnya. Kulanjutkan lagi ceritaku.
“Pagi itu Aileen terbangun dari tidurnya dengan suasana yang sangat sepi, serasa tak ada orang di rumah. Dia pikir, ibu dan ayahnya telah pergi ke luar rumah. Dia pun menunggu orang tuanya sambil menjaga adik kecilnya. Sesekali dia pergi ke ruang tamu untuk menonton tv sambil makan cemilan. “
            “2 jam, 3 jam, 5 jam, orang tuanya belum pulang juga. Aileen pun tertidur di ruang tamu dalam keadaan tv menyala. “
“Kemana orang tua mereka, ayah? “ tanya anakku memegang lenganku erat.
“Hm, biarkan ayah melanjutkan ceritanya, nak. “
Anakku mengangguk tanda setuju.
“Aileen pun terbangun dan jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. Dia bergegas memeriksa semua tempat di rumahnya. Namun, dia tidak menemukan orang tuanya. Kemana perginya mereka, ya? Lalu, tak lama kemudian Aileen mendengar bel rumahnya berbunyi. Wajahnya menjadi ceria, dia berpikir bahwa ibu dan ayahlah yang menekan bel itu. “
“Aileen pun membuka pintunya dan dia mendapati 2 kotak kado dengan pita di atasnya. Tertulis di sebuah kertas kecil ‘ From : Dragon04 ‘. Kemudian, dengan ragu Aileen membawa kotak – kotak itu ke atas meja tamu lalu membuka pitanya. “

“Aileen pun membuka tutup kotak tersebut dan mendapati kepala ibunya berada di dalamnya. Aileen menjerit. Dia tak kuasa menahan air matanya. Mata ibunya melotot, mulutnya terbuka dengan lidahnya yang tidak berada di tempatnya lagi. Banyak sayatan kecil di pipi ibunya. Aileen terus menangis karena menyesal telah membuka kado pertamanya itu.“
 “Kemudian, Aileen pun memberanikan diri membuka kotak kedua. “
“Apakah kepala ayah Aileen berada di kotak kedua, ayah? “ tanya anakku gemetar.
“Bagaimana menurutmu serunya? “ anakku menggeleng tanda tidak tahu.
“Baiklah, aku lanjutkan ya.. “
“Aileen mendapat pesan singkat dari Dragon04.”

‘Bagaimana dengan hadiah pertamaku? Indah bukan? Bukankah kau mencarinya kemana-mana sedari tadi? Jika kau ingin bertanya lebih banyak lagi tentangnya dan tentang ayahmu ya silahkan saja. Kau dapat menghubungi nomor di bawah. Aku mengetahui tentang keberadaan ayahmu, Aileen manis.’

“Tanpa basa-basi, Aileen pun segera mengambil ponselnya lalu memberi pesan ke nomor tersebut. “

Aileen : Dimana ayahku?
Dragon04 : Ow, ayolah jangan emosi begitu.
Aileen : Cepat beritahu aku!
Dragon04 : Kau sangat cantik, Aileen.
Aileen : Jangan bercanda!
Dragon04 : Kau memiliki wajah yang manis.
Aileen : Aku tidak peduli. Cepat katakan dimana dia!
Dragon04 : Aku mengetahui banyak tentangmu.

“Aileen terdiam. Apa maksudnya mengetahui banyak? Aileen pun menanyakannya kepada Dragon04. “

Aileen : Apa yang kau maksudkan?
Dragon04 : Kau tidak mengetahui apa pun tentangku kan?
Aileen : Ya, aku tidak mengetahui tentangmu. Dan kau juga tidak mengetahui apa pun tentangku bukan. Aku tidak pernah memberitahumu tentang identitasku kecuali alamat rumahku.
Dragon04 : Kau sangat cantik, dengan rambut pirang sepundak, mata yang sebiru lautan namun sembab karena menangis sedari tadi. Kau tahu? Kau terlihat seperti gadis kecil yang tidak dibelikan lolipop. Hahaha.

“Aileen membeku di sofanya. Dia bingung bagaimana Dragon04 tahu semua tentangnya. Dragon04 pun memberinya pesan lagi. “

Dragon04: Hei? Kau membaca pesanku? Jangan mengabaikanku. Kau memiliki tubuh yang indah.
Aileen : Apa maksudmu?
Dragon04 : Aku hanya ingin merusak itu, boleh kan?

“Aileen tidak menjawab pesan Dragon04. Namun, Dragon04 terus mengiriminya pesan.“

Dragon04 : Hello? Nona kecil?
Dragon04 : Hei, jangan abaikan aku.
Dragon04 : Tidakkah kau tahu bahwa aku selalu memerhatikanmu?
Dragon04 : Aku tahu dimana kau berada dan apa yang sedang kau lakukan!
Aileen : Beritahu aku.
Dragon04 : Kau sedang berada di sofamu sambil memegang ponselmu, bukan?

            “Aileen lega. Siapa pun dapat menebak hal mudah seperti itu.“

Dragon04 : Kau sedang memakai kaus merah muda dengan celana jeans panjang, ditemani beberapa cemilan dan salah satunya adalah pocky. Kau memeluk bantal sofamu dan sekarang kau sedang meneguk teh yang kau buat beberapa menit yang lalu.        

“Aileen terkejut. Bagaimana dia tahu sedetail itu? Aileen memutuskan untuk mengabaikan orang itu lagi. Dia memeluk erat bantal sofanya sambil menggenggam ponselnya. Dia ketakutan. Namun, Dragon04 terus memberinya pesan hingga dia membalasnya lagi.

Dragon04 : Halooo?
Dragon04 : Kau mengabaikanku lagi, gadis kecil.
Dragon04 : Aku tahu kau sudah tidak ingin aku mengirimimu pesan lagi.
Dragon04 : Ow ayolah, balas pesanku.
Dragon04 : Tanyakan keberadaanku!
Dragon04 : Ayo tanya, tanyakan keberadaanku dan aku akan berhenti mengirimu pesan setelah menjawabnya.
Dragon04 : Tanya, tanya, ayo tanya!
Aileen : Owh baiklah. Dimana sekarang kau berada?
Dragon04 : Hahaha.. aku? Tengoklah di belakang sofamu.
Anakku terlihat terkejut bercampur takut. Dia memeluk erat boneka kesayangannya. Aku melanjutkan ceritaku.

“Aileen pun menengok ke belakang dan mendapati seorang pria dewasa dengan badan besar menatap ke arahnya.”
“’Yah, kau menemukanku.’ ucap pria itu. Aileen pun menjerit. Namun, pria itu dengan cepat menutup mulut Aileen agar tidak berisik.”
“‘Sssh.. bisakah kau tidak terlalu berisik? Aku hanya ingin bermain game bersamamu. Kita sudah sering melakukan hal itu, bukan? Dan bukankah kau mencintaiku? Jadi, diamlah’ ucap pria itu sambil mengambil jarum dan benang dari tas yang ia bawa. Kemudian, pria itu menjahit bibir Aileen. Aileen tidak dapat menjerit lagi. Pria  itu melanjutkan permainannya. Pria itu menyayat pipi Aileen dan menaburinya dengan garam. Aileen memejamkan matanya karena kesakitan. Ia menangis. Tak lama kemudian adik kecil Aileen terbangun dan menangis dengan keras. Jadi, pria itu meninggalkan Aileen sendirian dan pergi ke tempat asal suara tangis bayi itu.“
Anakku melotot. Dengan ekspresi terkejutnya dia bertanya, “Apakah adik Aileen dibunuh juga, Ayah? “
“Hm, dengarkanlah dulu. Pembunuh itu sangat senang dapat menemukan bayi di rumah itu. Hatinya berdebar-debar tidak karuan karena malam ini adalah pertama kalinya pembunuh itu dapat membunuh bayi. Dia tidak dapat menahan hal ini, dia sangat senang. Dia buka pintunya perlahan, kemudian dia angkat bayi itu keluar dari kamarnya. “
“Ayah! Sudahlah aku tidak mau mendengar ceritamu lagi! “
Kini, anakku terlihat sangat takut dan mencoba menghentikanku untuk melanjutkan ceritanya. Wajahnya pucat dan keringat dingin membasahi tubuhnya. Dia hampir menangis. Padahal inilah bagian penting dari ceritaku yang harus ia ketahui. Aku pun melanjutkan ceritaku kembali.
“Namun saat menggendongnya, tangis bayi itu mereda tiba-tiba saja. Pria itu tidak pernah menggendong bayi sebelumnya. Tetapi dengan lembut, dia mengayun-ayunkannya pelan layaknya seorang ayah yang sedang mencoba membuat bayi kecilnya tidur kembali. Dia bersihkan tangannya yang berlumuran darah itu ke selimut bayi di dekatnya agar ia dapat mengelus pipi si bayi kecil itu.”
“‘Halo, sobat kecil.’ Suaranya yang dingin dan menyeramkan tadi kini berubah seperti suara malaikat yang sedang menjaga bayi yang lucu. “
“Pembunuh itu pun keluar rumah Aileen. Membawa bayi itu pulang, memberinya nama Calista dan menganggap serta menyayanginya layaknya putrinya sendiri. “
“Pagi harinya, terdapat sebuah berita bahwa seorang pria mengaku kehilangan semua anggota keluarganya dalam keadaan mengerikan saat pulang kerja larut malam. Dia menemukan kepala istrinya di sebuah kotak kado, mayat anaknya dalam keadaan mengenaskan dan bayinya hilang. Mengerikan bukan?“ pertanyaanku mengakhiri ceritaku.
Tapi, anakku malah tidak menjawab pertanyaanku. Dengan gemetar, ia menunjuk dirinya sendiri sambil berkata, “T-ta-tapi ayah.. ayah.. namaku.. Calista..?” matanya melotot seakan akan tidak percaya. Kemudian aku tertawa kecil dan mencubit kedua pipinya.
“Tentu saja nak! Aku sudah menganggapmu sebagai putriku yang tercinta.“
“Aaaaaaahh“ anakku menjerit dan menangis kemudian mendorongku keluar dengan marah. Ia menutup pintu kamarnya dan mengunci dirinya di dalam. Dia marah padaku.
Apa yang dia pikirkan? Mengapa dia begitu marah? Ah sudahlah, kupikir jauh di dalam lubuk hatinya dia menyukai ceritaku mengenai identitasnya. Yah pastinya!


-end-

No comments:

Post a Comment