Halo, namaku Josh. Aku akan bercerita pada kalian tentang pengalamanku. Aku tidak yakin apakah hal tersebut merupakan sesuatu yang berbau paranormal atau apapun istilah tepatnya, namun setelah “sesuatu” itu datang kepadaku, aku menjadi percaya akan hal-hal yang berkaitan dengan paranormal.
Satu minggu
setelah aku pindah bersama kakakku, George, setelah rumahku disita, aku telah
selesai berkemas. George cukup setuju dengan ide aku pindah bersamanya
mengingat kami sudah tidak saling berjumpa sejak 10 tahun lamanya, aku juga
merasa senang dengan hal ini. Aku tertidur dengan pulas setelah semua
barang-barangku masuk ke dalam rumah. Setelah satu minggu, aku mendengar suara
gemerisik dan berdesir dari arah luar rumah sekitar pukul satu dini hari.
Kupikir suara tersebut adalah seekor rakun, maka aku mengabaikannya dan kembali
tidur. Keesokan paginya aku menceritakan hal tersebut kepada George, dan dia
juga berpikiran sama denganku.
Keesokan
malamnya, kupikir aku mendengar suara jendela terbuka serta suara langkah yang
berat, seakan-akan sesuatu memasuki kamar. Aku meloncat bangun dan memeriksa
seluruh isi kamar, namun aku tidak melihat apapun. Keesokan paginya, George
menjatuhkan cangkir kopinya saat dia melihat keadaanku. Dia menunjukkan padaku
sebuah cermin untuk aku mengaca. Sebuah luka yang lebar menghiasai pipiku.
Setelah
bergegas menuju rumah sakit, dokter mengatakan padaku bahwa aku pasti telah
tidur sambil berjalan, namun kemudian dia menunjukan sesuatu padaku yang
membuat darahku serasa membeku. Dia mengangkat kemejaku dan menunjukan sebuah luka
irisan yang terjahit, tepat dimana ginjalku berada. Aku terbelalak menatap
matanya. “Entah bagaimana caranya kau kehilangan ginjal kirimu semalam. Kami
benar-benar tidak tahu apa yang terjadi dan bagaimana. Maafkan aku Josh.” Kata
dokter.
Keesokan malamnya
lagi merupakan titik puncak semuanya. Sekitar tengah malam, aku terbangun
kembali dan melihat sebuah pemandangan yang sungguh mengerikan. Aku bertatapan
langsung dengan sosok yang mengenakan kerudung hitam dan topeng biru tua gelap
tanpa hidung ataupun mulut. Sosok itu menatap lekat ke arahku. Sosok tersebut
juga meneteskan cairan kehitaman dari lubang matanya.
Aku meraih kamera di saku mantel di dekatku dan memotretnya.
Setelah memotretnya sosok tersebut menerjangku, berusaha merobek dadaku untuk
mengambil paru-paruku. Aku menghentikannya dengan menendang mukanya dengan
telak. Aku berlari keluar, sebelumnya aku meraih dompetku. Aku akan membutuhkan
uang. Aku kabur dari rumah George di tengah malam buta. Aku akhirnya berhenti
di hutan dekat dengan rumah George untuk mengatur nafasku di atas sebuah batu
besar.
Aku jatuh
pingsan dan terbangun di rumah sakit. Dokterku memasuki ruangan. Dokter yang
sama yang menanganiku sebelumnya. “Aku punya sebuah berita baik dan buruk
untukmu,Josh.” Dokter memulai pembicaraan. “Kabar baiknya dalah bahwa dirimu
hanya mengalami cidera kecil, dan orang tuamu akan segera menjemputmu.” Lega
sekali mendengarnya. “Kabar buruknya adalah bahwa saudaramu telah tewas dibunuh
oleh… sesuatu. Maaf.”
Orang tuaku mengantar aku kembali ke rumah George untuk mengambil barang-barang. Saat memasuki
ruangan aku merasa trauma dan ngeri, namun berusaha untuk tetap tenang. Aku
mengambil kamera lalu berhenti. Di lorong menuju kamarku, kulihat mayat Edwin
dan sesuatu berukuran kecil tergeletak di sampingnya. Aku memungut benda kecil
itu dan segera masuk ke dalam mobil tanpa membicarakan mayat George. Kuperiksa
benda kecil yang kupungut sebelumnya. Apa yang kulihat nyaris membuatku muntah.
Aku menggenggam sebelah ginjalku yang hilang, tampaknya telah dimakan separuh,
dengan cairan hitam yang melumurinya.
Source : sonyriyan's blog
No comments:
Post a Comment