Saat nenekku meninggal dunia, kimono itu diwariskan
kepadaku. Karena sesuai dengan tradisi, kimono itu akan diwariskan kepada cucu
tertua yang tak lain adalah aku. Ditambah, garis keturunan ibuku yang
memperkuat bahwa memang akulah pewaris kimono itu. Nah, jika cucu tertuanya itu
berjenis kelamin perempuan, maka ia dipercaya akan membawa keberuntungan bagi
keluarga. Namun jika cucu tertuanya itu lelaki, maka ia akan membawa kesialan.
Untung saja aku seorang perempuan.
Sebenarnya, aku tak pernah mempercayai cerita semacam itu. Aku
tak suka mempercayai mitos-mitos atau hal berbau mistis lainnya. Masa bodoh
dengan itu semua, ini kan jaman modern. Ya, aku memang seperti itu sampai
semuanya berubah sekitar 4 tahun yang lalu.
Saat itu, aku sendirian dirumah karena orangtuaku sedang ada
urusan hingga larut. Jam menunjukkan hampir pukul 11 malam ketika aku mendengar
suara langkah kaki dari atas. Sekarang, kimono itu kusimpan di lemari khusus
dan tentu saja aku memegang kuncinya. Tak ada oranglain yang memiliki akses
kesana kecuali aku, bahkan orang tua-ku pun tak memilikinya. Baiklah, kembali
ke cerita.
Aku naik ke lantai atas untuk memeriksa sumber dari suara
tadi. Setelah yakin bahwa semuanya aman, aku masuk ke kamar dan terbesit di
pikiranku untuk sekedar melihat kimono itu. Sebelum membukanya, aku sedikit
takut karena membayangkan saat harus memakai kimono itu nanti. Yang benar saja,
kimono itu sungguh cantik tapi aku tak suka terlihat feminim. Itu sangat aneh
untukku.
Oh ya, legenda keluargaku juga menyebutkan jika aku memiliki
anak perempuan, maka kimono ini harus kuwariskan padanya kelak. Jika tidak,
maka aku harus membakarnya karena mungkin kimono ini akan membawa sial. Dan
anehnya, selama ini selalu saja anak perempuan yang mewarisinya sehingga
legenda ini pun masih terus berlanjut.
Saat lemari terbuka, nafasku menjadi tak beraturan,
jantungku berdegup kencang dan keringat dingin mulai mengucur di dahiku.
Kimono itu tak ada di tempatnya!
Aku sangat panik karena jika kimononya sampai hilang, itu
akan menjadi aib selamanya bagi keluargaku. Aku segera bergegas menuruni tangga
dan meraih telepon untuk menelepon ibuku. Saat aku berlari, pandanganku
menangkap sesuatu yang ada di dapur. Aku
takkan pernah lupa akan apa yang kulihat saat itu.
Nenekku yang sudah meninggal sedang duduk di meja makan dan
ia mengenakan kimono itu. Ia terlihat seperti nenekku namun sungguh
menyeramkan. Rambutnya yang hitam itu terurai tak beraturan. Wajahnya sangat
keriput, tubuhnya membungkuk ringkih seraya berdiri saat ia melihatku.
"Kemarilah cucuku..."
"Mendekatlah..."
"Atau aku yang harus menghampirimu?."
Dia memanggil-manggil namaku sambil membuka kedua tangannya
seakan ingin meraihku.
Ia terus melakukan itu sambil mendekat, tapi bukan berjalan,
seperti terlihat melayang.
Aku hanya bisa diam, aku terlalu takut untuk menggerakan
badanku.
Sosok itu sudah berada tepat di hadapanku saat ini.
Raut mukanya berubah menjadi terlihat sangat marah.
"Kau adalah kutukan!!!"
Ia menatapku lekat-lekat sambil terus berteriak bahwa aku
adalah kutukan.
Lampu dapur saat itu menjadi berkedip-kedip tak beraturan,
diiringi dengan terbukanya pintu-pintu lemari yang ada didapur. Aku masih tak
bisa bergerak karena gugup bercampur takut melihat mahluk yang ada di hadapanku
ini. Akhirnya aku tersadar dan berlari keluar rumah. Seketika itu keadaan
menjadi gelap, lalu menghitam. Aku pingsan.
Saat terbangun, kudapati orangtuaku sedang duduk dipinggir
tempat tidur kamarku dengan ekspresi wajah yang sangat khawatir. Dan kau
percaya? Aku terbangun dengan kondisi sudah memakai kimono itu. Orangtuaku
berkata bahwa mereka menemukanku pingsan di halaman depan dengan kimono putih
yang telah melekat di badanku.
Aku menceritakkan apa yang kualami pada ibuku. Dia mempercayaiku...
karena ia pun pernah mengalaminya.
Thanks for read ^^
No comments:
Post a Comment